Hari ke 27
Rintik-rintik aku dengar di telinga,
rupanya semalaman ini hujan di luar.
Bak tergambar keadaanku,
aku getir tersenyum sendirian.
Si Aku pulang hari ini,
hari ke 27 dari rencana dalam 30.
Bergegas keluar,
sambil menerjang meteor air dari langit.
Tidak ada senyum yang mengembang,
hanya saja air mata menggenang tapi tak mampu turun bahkan setetes.
Di hari ke 27 ini, ia masih berusaha tegap berdiri sendirian.
Menatap lekat wajah ibu,
mengamati baik wajah ayah.
Gadis itu kembali,
berkendara di atas kuda besi.
Sambil sesekali terisak dalam topi pelindung.
Malam dingin,
tapi justru hatinya panas, mukanya merah padam, bukan malu. Melainkan menahan tangis.
Di hari ke 27 ini, Ia masih mencoba tidak bicara pada ayah soal hal yang itu.
Diam dan tidak bicarakan hal itu pula pada ibu.
Hanya satu, dua kata terucap.
"Ibu, ayah, doakan Aya."
Merasakan padam perasaan nyatanya memang tak nyaman.
Menangis sendirian di tengah keramaian, apalagi.
Rasanya ingin menari di atas istana bersama seorang pangeran impian.
Dug. Seketika kepala terhantup ke ranjang, bangun, kamu mimpi.
Jadi, apa yang sebenarnya kenyataan?
Komentar
Posting Komentar